Thursday, November 27, 2008

Memutar Uang untuk Modal

Memutar Uang untuk Modal
Rabu, 19 November 2008
Nugroho Mulyono

Semangat berwirausaha yang ada sejak bangku kuliah membuat Nugroho senantiasa gelisah saat harus bekerja di Muka Kuning, Batam. Delapan tahun di sana Nugroho selalu pindah-pindah PT. Sarjana elektro Universitas Brawijaya ini tak sanggup harus bekerja dengan jadwal ketat. “Untuk pulang pun harus mengendap-endap,” kenangnya sembari terkekeh lepas.


Saat masih kuliah di Malang , arek Surabaya ini sudah suka berdagang. Macam-macam yang ia jual. Tak heran jika ia gak betah “dipeluk” sejuknya AC pabrik. Akhirnya 2005 ia memutuskan untuk keluar dari PT. “Dengan kesadaran sendiri saya keluar,” tegasnya.

Hendak kerja apa? Nugroho belum tahu. Yang ia tahu ia harus berbisnis. Apalagi ia harus membiayai anak dan istri. Berjualan jajanan yang didatangkan dari Bandung ia lakoni. “Saya plastiki sendiri lalu dititipin ke toko-toko,” kenangnya. Kini usaha ini masih berjalan namun dikelola orang lain.

Pada masa transisi itu bukan sebuah masa mudah ayah dua anak ini. Ia sempat dicibiri sebagai bapak rumah tangga karena tidak bekerja, sementara istrinya bekerja.

Cibiran ini bukan menyayat hati sebaliknya melecut diri untuk membuktikan bahwa pilihannya adalah benar. Benar, kini ia bisa memiliki sebuah CV dan duduk sebagai bos, jabatan resminya sih Managing Director. Usaha yang ia geluti adalah agen tiket, tours dan travel.

Dalam tempo 1,5 tahun ia merentang sayap dengan membuka lima kantor. Kantor utama adalah di Panbil Mall, Muka Kuning, tak jauh dari tempatnya dulu bekerja. Strategi meluaskan cabang ini sempat dikritik terlalu cepat. “Tapi menurut saya ya memang harus seperti itu jalannya,” kilahnya.

Alasannya, kantornya mendekati pangsa pasar. Semuanay dekat dengan komunitas orang. Kantor cabangnya di Blitar dan Surabaya, Jatim memberikan sumbangsih kenaikan omset yang signifikan. Saat perusahaan travel lain bilang seret cari konsumen ia masih tetap bisa tersenyum. ”Saya heran di koran ditulis omset travel turut 50 persen wong tempat saya justru naik sampai 60 persen kok,” kisahnya saat membaca berita di koran.

Pilihan untuk menggeluti sektor wisata ini sejatinya tidak ia sengaja meski tetap sesuai dengan kerangka berpikirnya. ”Saya nggak mau bisnis yang menyetok barang,” katanya.

Bermula dari membantu kawan-kawan sedaerah yang hendak pulang kampung ia mencarikan tiket pesawat. Rupanya kabar kemampuanhya menyediakan tiket beredar cepat dari mulut ke mulut. Ujungnya ia pun memantapkan diri menjadi sub agen tiket. Ia dapat komisi dari agen dari setiap tiket yang bisa ia dapatkan.

Hingga akhirnya ia mendapatkan LG (letter of guarantee) dari maskapai. Ia tidak lagi harus berbagi komisi dengan agen karena ia mendapatkan tiket langsung dari maskapai.

Waktu terus berjalan. Hambatan dan tantangan telah ia lalui. Maskapai semakin percaya kepadanya, target penjualan ticket pun menyapa. Berapapun target yang ditetapkan maskapai selalu ia sanggupi. ”Tidak pun ditarget, kami selalu menentukan target sendiri,” tekadnya.

O, iya modal yang ia buat mendirikan perusahaan tidak kecil tapi ia berhasil melakukannya dengan memutar uang yang ia hasilkan dari menjual tiket.

Kini Nugroho tidak harus berebut kamar mandi dengan istri setiap pagi. ”Mau bangun jam berapapun bisa,” akunya. Wong bos siapa yang berani memarahi ya… (putut)

No comments:

Post a Comment